Rabu, 26 Mei 2010

Calon Bupati Gresik Contreng Bareng 4 Istri

SURABAYA POST - Calon bupati independen, KH Mujitabah, paling menarik perhatian pada hari pencontrengan saat Pemilihan Kepala Daerah Gresik hari ini, Rabu, 26 Mei 2010. Dia mencontreng bersama keempat istrinya sekaligus.
Mujitabah keluar bersama para istrinya dari rumahnya yang megah di Desa Hulaan, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik, pada pukul 10.00 WIB. Rumah dua lantai itu terlihat paling mentereng dibanding rumah warga lain di sekitarnya. Mereka menuju Tempat Pemungutan Suara 10 di Desa Hulaan, tak jauh dari rumah mereka.



Maklum, Mujitabah memang calon terkaya dibanding lima kandidat lainnya. Kekayaan pengasuh pondok pesantren di Hulakan, Kecamatan Menganti itu, sesuai laporan yang diterima KPU Gresik adalah sebesar Rp98,2 miliar. Mujitabah juga satu-satunya calon yang berpoligami.

Didampingi empat istrinya, calon yang mengaku didukung lebih dari 37 ribu suara dari hampir 900 ribu pemilih itu berjalan sambil melempar senyum kepada para pendukungnya.

Sebelum berangkat, Gus Tabah tak lupa mendaratkan kecupan mesra di pipi kira dan kanan istrinya. Semua rata kebagian, keempat-empatnya.
”Ini merupakan pertanda baik. Mari kita berdoa dulu sebelum kita berangkat menunaikan panggilan hak suara. Semoga Allah Swt. selalu melindungi kita semua dan memberikan jalan yang terbaik untuk kita,” ajaknya yang diamini para istri, anak dan seluruh penghuni rumah.

Diiringi sejumlah orang dekat dan beberapa anaknya, Mujitabah mendatangi lokasi TPS. Ia mengendarai mobil Honda CRV warna hitam.

’’Saya akan berangkat bersama Bapak sekaligus Ummi Susi, Ummi Anis, dan Ummi Ifa dalam satu mobil. Ini menunjukkan bahwa kita memang selalu mendukung pencalonan bapak,” ujar Siswatim, istri tertua Mujitabah sesaat sebelum memasuki mobilnya.

Gus Tabah yang mengenakan stelan motif batik berwarna cokelat dan berpeci tersebut disambut meriah warga sekitar. Berselendang surban di pundak kanannya, lelaki berusia 50 tahun itu menyambut sorak warga dengan lambaian tangannya.
Keempat istrinya juga mengenakan batik dengan motif dan warna serupa. Yang menarik, mereka mencontreng berurut kacang, sesuai usia. Istri tertua paling dulu, disusul istri kedua, ketiga, dan terakhir istri termuda.
Yang mencontreng duluan adalah istri pertama, Siswatim, dengan nomor urut panggil 215. Dia lalu disusul Esther Dennys Susilowati, Masfufah Juliana, dan terakhir istri paling muda, Nasifah.
’’Meski saya tidak pernah mengarahkan untuk memilih saya, tapi saya yakin, empat istri saya tetap memberikan suaranya kepada saya,” kata Gus Tabah hakulyakin.
Soal poligami, ia berpesan, ’’Saya hanya ingin menunjukkan kepada khalayak bahwa beristri lebih dari satu bukan aib, tapi sebuah anugerah.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar